3.3.1 Wawancara Mendalam
Wawancara adalah metode utama dalam mengumpulkan data. Wawancara memungkinkan peneliti untuk menetapkan komponen subjek yang paling relevan dalam mencapai tujuan tersebut (Lindlof & Taylor, 2017). Peneliti melalukan serangkaian wawancara informal dengan beberapa partisipan sebagai pelaku dalam komunitas budaya untuk mengumpulkan informasi tentang bagaimana pelaku berpartisipasi dalam praktik media komunitas. Wawancara mendalam dilakukan dengan mengunjungi pegiat komunitas budaya dan anggotanya di lokasi penelitian. Wawancara memungkinkan peneliti untuk memahami ide, perspektif, sikap, dan motif seseorang, terutama melalui diskusi langsung dan mengajukan pertanyaan (Berger, 2018). Interaksi antara peneliti dan narasumber dalam wawancara kualitatif ini berbentuk pembicaraan tatap muka yang berlangsung selama narasumber bekerja. Tidak adanya pedoman wawancara yang ketat dalam mengajukan pertanyaan menyebabkan informasi yang didapat dari narasumber semakin terbuka dan detail. Melalui snowballing, wawancara narasumber lain dilaksanakan dengan memanfaatkan rekomendasi narasumber sebelumnya. Sebagian wawancara dalam penelitian ini juga disajikan melalui metode video.
Langkah pertama sebelum melakukan wawancara adalah membangun hubungan dengan partisipan. Peneliti mengenali subjek yang diteliti terlebih dahulu untuk mendapatkan hubungan baik, sehingga tidak ada batas antara peneliti dan orang yang diteliti. Komponen ini mengarah pada wawancara yang lebih nyaman dan mengundang peserta untuk mendiskusikan jawaban. Dengan demikian, peneliti lebih mudah terlibat bersama informan. Namun, peneliti tetap melanjutkan penelitian dalam koridor penelitian. Selama dua tahun, peneliti menjalin kedekatan dengan subjek penelitian sejak akhir 2018 hingga laporan penelitian ini disusun.
Di Desa Tlogo, Klaten yang merupakan lokasi penelitian, peneliti bertemu dengan pemimpin informal komunitas budaya yang menjadi informan, di antaranya Djaetun HS sebagai inisiator dari komunitas Bali Buja, Sentot yang merupakan penggerak komunitas budaya, Barun dan Winardi yang merupakan pengelola media komunitas, serta Sarjono, Suparno dan Saimin yang merupakan anggota dari komunitas budaya. Mereka dipilih atas dasar menjadi pegiat komunitas budaya yang mendukung media komunitas.