Pengantar Teknologi Media dan Ketahanan Budaya

5.1       Pengantar

Dalam bagian ini peneliti akan memaparkan bagaimana komunitas budaya mengembangkan inovasi teknologi media untuk sarana ekspresi. Dalam bab sebelumnya telah dipaparkan gambaran upaya komunitas budaya dan alasan untuk menjaga ketahanan budaya. Inovasi yang dilakukan oleh komunitas Bali Buja dalam menyebarluaskan konten seni dan budaya dilakukan dengan pertimbangan untuk menjangkau khalayak yang lebih luas.

Kerangka konsep konvergensi digunakan untuk mengoptimalisasi teknologi media. Saat ini proses digitalisasi penyiaran telah berlangsung. Teknologi berbasis frekuensi yang sebelumnya dimanfaatkan media komunitas, kemudian ditunjang dengan pengembangan media daring. Infrastruktur internet di setiap daerah juga semakin mendukung optimalisasi teknologi media. Namun demikian, sebagian masyarakat khususnya di aera pinggiran masih mengalami kesulitan untuk beradaptasi dalam memproduksi konten. Salah satu temuan peneliti adalah perjuangan komunitas semakin meningkat ketika mendapatkan dorongan dari aktor sosial. Keterlibatan masyarakat di dalam komunitas bertambah ketika mengetahui bahwa inovasi yang sedang dikembangkan berupa media komunitas berbasis internet. Mereka melihat bahwa hal tersebut merupakan peluang untuk menjangkau khalayak yang lebih luas. Perhatian pengelola media dari Bali Buja adalah pencarian formula yang inovatif dengan menawarkan konten melalui beragam saluran. Multi-platform kemudian digunakan sebagai hasil pengembangan inovasi dari media komunitas.

Bab ini dibagi menjadi dua bagian utama: media komunitas; dan pengembangan media komunitas berbasis teknologi media. Pada bagian pertama, peneliti akan melaporkan temuan terhadap media komunitas yang menyokong keberadaan Bali Buja serta aksi pelestarian budaya. Elaborasi temuan data dilakukan peneliti melalui konsep media hiperlokal dan konsep komunikasi partisipatif yang diketahui menjadi landasan kegiatan bagi media komunitas. Data yang digunakan berasal dari pengamatan peneliti, informasi yang dipublikasikan, kajian pustaka, film dokumenter, dan hasil wawancara. Bagian kedua dari bab ini adalah temuan peneliti mengenai sifat media komunitas yang mengalami transformasi model media menjadi media hiperlokal. Selanjutnya, peneliti juga mendeskripsikan aktivitas partisipasi masyarakat yang menggunakan media baru dalam media komunitas.

Dalam penelitian berkaitaan dengan inovasi teknologi media ini, peneliti melakukan pemilihan informan relawan Bali Buja. Mereka merupakan anggota Bali Buja yang mengendalikan operasional media komunitas. Dua media komunitas yang mendukung teknis penyiaran konten dari Bali Buja yaitu Galuh Prambanan Televisi (selanjutnya disebut dengan: GPTV) dan Radio Komunitas Bayat (RKB). Bab ini akan memaparkan temuan peneliti setelah melakukan pendalaman terhadap peran media komunitas. Salah satu yang menjadi perhatian peneliti untuk melakukan analisis yaitu melalui pernyataan-pernyataan yang disampaikan informan.

Upaya inovasi yang dilakukan sebuah kelompok, namun berkesan sepele dan kurang waras, serta lebih mudah ditolak karena beragam alasan disebut Safi Bachall sebagai loonshots (Bahcall, 2019a). Peneliti berargumen bahwa apa yang dikoordinasikan oleh pengelola komunitas Bali Buja merupakan hasil loonshots.

Peneliti tidak mengalami kendala untuk menemukan informan dari Bali Buja guna mendapatkan informasi berkaitan dengan pemanfaatan teknologi media. Hal ini ditunjukkan dengan keterbukaan informasi dan akses yang diberikan oleh informan utama. Sentot sebagai koordinator Bali Buja yang menjadi informan utama telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melakukan eksplorasi. Berdasarkan informasi yang disampaikan Sentot, peneliti kemudian menemui informan berikutnya yaitu Barun dan Winardi. Kedua sosok tersebut merupakan pelaku teknis dalam dua media komunitas Bali Buja. Pada bab sebelumnya, Barun telah menjelaskan perihal keberadaan RKB yang secara tidak langsung menambah jaringan baru bagi Bali Buja untuk didengarkan lebih luas pada wilayah Kabupaten Klaten. Pada bagian ini, peneliti akan mendeskripsikan motivasi RKB melalui Barun, selain itu juga untuk mengetahui teknologi media yang digunakan RKB. Informan berikutnya adalah Winardi atau yang lebih sering dipanggil Mas Kliwon di kalangan warga komunitas. Winardi akan menjelaskan pola teknologi media live streaming yang digunakan Bali Buja melalui kanal YouTube dan Facebook GPTV.

Inti dari bab ini adalah untuk mendeskripsikan sebuah proyek yang dirancang antara seniman pertunjukan tradisional dan seniman muda dalam mewujudkan kolaborasi produksi konten melalui tahapan adaptasi media baru. Praktik kolaboratif bertujuan menyuarakan aksi pelestarian budaya lokal atau nguri-uri budaya.

Metode

Pada bagian tulisan ini, peneliti akan menyajikan gambaran dari teknologi media yang digunakan Bali Buja untuk tujuan ketahanan budaya berdasarkan hasil analisa data dengan perangkat lunak atlas.ti. Beberapa perangkat data penelitian yang digunakan peneliti adalah dengan melakukan eksplorasi data, antara lain melalui film dokumenter Bali Buja disertai hasil wawancara peneliti dengan informan kunci Bali Buja khususnya yang mengelola media komunitas. Kegiatan observasi peneliti dilakukan dalam periode waktu 2018 – 2021.

Secara metodologis, sejalan dengan bab sebelumnya, peneliti mengadopsi metode etnografi, salah satu penelitian kualitatif yang menggunakan metode pengamatan terhadap aktivitas media dalam suatu komunitas. Pendekatan ini dipilih sebagai strategi peneliti agar mendapatkan kesempatan untuk melakukan pemeriksaan yang mendalam terhadap sekelompok orang. Asumsi awal peneliti bahwa komunitas budaya tidak hanya sekadar menyelesaikan kendala mereka terkait keterbatasan akses pada media arus utama. Peneliti mengamati bahwa motivasi yang terbentuk di dalam diri pengelola media komunitas dilandasi dengan nilai-nilai kearifan lokal yang melekat dan mereka yakini. Berangkat dari hal tersebut, peneliti mengembangkan pendekatan etnografi dengan aksi partisipasi bersama komunitas budaya. Selain tetap konsisten melakukan serangkaian wawancara, pengumpulan data video dan audio, observasi jejak etnografi terhadap film dokumenter; peneliti juga mengintegrasikan kegiatan etnografi yang bersifat “menyajikan budaya” dengan tindakan pengembangan proyek.

Peneliti mengadopsi pendekatan penelitian tindakan etnografi. Ruang lingkup pendekatan ini digunakan untuk mengembangkan proyek melalui pemahaman yang kaya tentang masyarakat (Tacchi et al., 2009). Pendekatan ini dirancang agar sedapat mungkin peneliti mengikuti arus kehidupan komunitas budaya termasuk memastikan temuan terkait partisipasi warga. Penggunaan metode ini memberikan keuntungan bagi peneliti karena menghubungkan peristiwa nyata dengan kerangka teoritis secara logis. Dalam publikasi penelitian sebelumnya, etnografi digunakan untuk menguji tantangan dan manfaat dari proses inovasi (Hoholm & Araujo, 2011). Etnografi ‘real-time’ menjadi metode dalam studi atas proses kreativitas dan organisasi (Håkansson & Waluszewski, 2009; Pavitt, 2005). Fleksibilitas aktivitas peneliti ini akan mendorong anggota masyarakat sebagai informan untuk berbicara secara lebih bebas terhadap pandangan mereka mengenai media komunitas, keberadaan teknologi media dan tujuan yang dianggap esensial dalam melestarikan budaya lokal.

Dilandasi oleh motivasi untuk menciptakan kontribusi terapan dalam ilmu sosial dan humaniora, peneliti memutuskan untuk membangun proyek kolaboratif dengan anggota Bali Buja. Untuk alasan tersebut, peneliti bersama relawan Bali Buja menjalani proses produksi konten lokal, produksi film dokumenter dan pengembangan kanal siniar. Kontribusi yang dijalankan ini merupakan karya pengembangan penelitian berbasis terapan. Terdapat antusiasme yang dirasakan peneliti ketika melaksanakan observasi, melakukan diskusi dengan komunitas budaya, serta mengkonseptualisasikan ragam inovasi media yang sekaligus untuk menjadi bahan bereksperimen dalam proses praktis bersama mereka.

Peneliti memiliki keinginan untuk membangun metodologis berbasis kreativitas dalam penelitian ini. Baik film dokumenter yang telah digunakan pada implementasi metodologis pada bab sebelumnya, serta kemudian melanjutkan praktik produksi media kreatif yang akan diurai pada bab ini. Siniar sebagai praktik produksi media kreatif dapat diterapkan sebagai implementasi dan presentasi penelitian akademik (Lundström & Lundström, 2021; D. Rogers et al., 2020). Inovasi teknologi yang mengkaitkan digitalisasi pembuatan data, produksi dan distribusi, mengubah proses penelitian dalam melihat mereka, mengalami apa yang diupayakan mereka, bagaimana pengarsipan produksi media. Sebagai konsekuensi dari kerja kolaboratif, peneliti melaksanakan wawancara, perekaman audio, perekaman video, dan kerja lapangan. Teknologi membantu peningkatan akurasi dalam rekaman digital untuk tujuan transkripsi dan pemeriksaan silang yang diperoleh di lapangan.

Gambar 5.1 Pemetaan Hasil Analisis Data (atlas.ti)