3.2 Strategi Penelitian
Penelitian ini mengeksplorasi dinamika komunitas Bali Buja dalam pengembangan media komunitas untuk tujuan ketahanan budaya. Dalam mengurai keseluruhan arah penelitian, peneliti menggunakan strategi penelitian etnografi. Etnografi disebut sebagai gambaran orang, sekelompok masyarakat, dan cara hidupnya (Angrosino, 2006; Bochner, 2016; Endraswara, 2021). Penelitian ini membentuk gambaran yang komprehensif serta kontekstualberdasarkan cerita dan refleks dari individu atau masyarakat dalam komunitas Bali Buja.
Penelitian ini mengadopsi beberapa metode untuk mendukung strategi etnografi. Misalnya peggunaan metode penelitian tindakan etnografi yang dikombinasikan dengan metode lainnya guna berkomitmen memenuhi tujuan penelitian. Peneliti memperhatikan kualitas penelitian dengan karakteristik yang khas dari etnografi. Secara empiris, alih-alih berfokus pada penggambaran yang obyektif atau diduga tidak memihak dari fenomena yang diberikan, etnografi tidak dapat dipisahkan dari diri peneliti. Siapa kita, apa yang bisa dipelajari dan bagaimana kita dapat menulis apa yang dipelajari (Richardson, 2000). Peneliti menyadari bahwa langkah kerja penelitian tindakan etnografi akan menimbulkan pertanyaan terkait bias penelitian. Sejalan dengan pemahaman peneliti terkait kualitas penelitian serta pengalaman peneliti sebagaimana disajikan dalam bab ini, peneliti memilih untuk fokus pada tahapan pengumpulan data. Merujuk pada Kitto (2008) dan Mays (2020), bahwa kualitas dalam penelitian kualitatif dapat ditinjau dari prosedur tahapan pengumpulan data yang dapat dipahami karena sistematis.
Lebih lanjut Richardson (2000) menyebutkan dengan kesadaran penuh bahwa etnografi dapat dievaluasi melalui dua lensa: sains dan seni. Di dalam salah satu argumennya, Richardson mengungkapkan apakah sebuah karya berhasil secara estetika, penggunaan praktik analitik kreatif membuka teks serta mengundang respin interpretatif. Merujuk pernyataan tersebut, peneliti memilih menggunakan kerja kolaborasi peneliti dalam bentuk video dokumenter atau film dokumenter. Pada bagian lain dalam bab ini, peneliti lebih lanjut memaparkan alasan penggunaan film dokumenter dalam mengurai teks di balik aktivitas komunitas budaya Bali Buja.
Penelitian ini menggunakan beberapa cara untuk berpikir agar penelitian menjadi mendalam. LeCompte & Schensul (2015) menyebutkan kritera interpretasi yang baik untuk penelitian etnografi, diantaranya adalah peneliti berkomitmen dengan data, memberikan interpretasi yang koheren, menghormati pandangan subjek dengan tujuan memastikan validitas interpretasi peneliti. Lebih lanjut LeCompte dan Schensul juga menyinggung penelitian aksi atau kolaborasi, bahwa dalam penelitian tersebut perlu memiliki pandangan bersama atas realita yang muncul antara peneliti dan partisipan. Seorang peneliti melakukan pengamatan partisipan dalam jangka waktu yang cukup lama untuk merumuskan pemahaman yang mendalam tentang pengalaman manusia. Apa yang kemudian disebut sebagai thick description dapat dicapai melalui pendekatan yang mendalam. Proses yang membutuhkan waktu tidak singkat tersebut merupakan bagian dari menjaga kualitas penelitian. Kriteria kualitas penelitian dapat ditinjau melalui pengalaman hidup peneliti dengan mereka yang menjadi objek penelitian, berbicara bersama informan yang terhubung dengan sumber data. Pendekatan peneliti dioperasionalkan melalui kerja lapangan, observasi partisipan, dan wawancara.
Problematisasi muncul melalui orang-orang, cerita, dan kompleksitas komunitas Bali Buja selama melakukan aktivitas pelestarian budaya. Keengganan masyarakat dalam berpartisipasi dalam penelitian, serta kurangnya penetrasi komunitas oleh peneliti, merupakan penghalang utama bagi penelitian komunitas (Carlson et al., 2006). Oleh karena itu, dalam memulai proses ini, peneliti mempertimbangkan keseharian komunitas budaya dan keterlibatan bersama anggota komunitas. Interaksi sosial dan kelompok budaya, terlepas dari apakah kelompok ini dicirikan sebagai masyarakat, komunitas, organisasi atau tim, hendak dipelajari secara etnografis (Reeves et al., 2013). Di awal observasi, peneliti menemukan adanya partisipasi aktif dari masyarakat dan kontinuitas program seni budaya yang dikelola komunitas Bali Buja. Dua media komunitas yang menjadi media pendukung dari kegiatan penyiaran konten komunitas Bali Buja adalah Radio Komunitas Bayat (RKB) dan Galuh Prambanan TV. Studi sebelumnya menunjukkan komunikasi partisipatoris sebagai media utama bagi komunitas untuk bertahan. Pengelola media komunitas tidak menjadikan keuntungan finansial sebagai tujuan utama operasionalisasi media. Definisi ini mirip dengan media komunitas yang digunakan Bali Buja sebagai media berekspresi kesenian.
Peneliti melakukan pengamatan secara offline dan online. Hal ini dilakukan karena media komunitas Galuh Prambanan TV dikembangkan sebagai media online. Pengamatan online dilakukan dengan mengamati laman Facebook Page dari Galuh Prambanan TV dan kanal Youtube. Pendekatan offline untuk implementasi proyek penelitian ini diawali dengan kedatangan peneliti ke daerah Klaten untuk bertemu dengan komunitas Bali Buja. Komunitas ini merupakan paguyuban atau organisasi yang menaungi beberapa kelompok kesenian di Desa Tlogo, Klaten dan sekitarnya. Lokasi berkumpul komunitas ini berada di daerah Prambanan, yang merupakan area perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Komunitas Bali Buja didirikan untuk menciptakan peluang eksistensi bagi kelompok kesenian yang memilih menggunakan media komunitas daripada media arus-utama. Komunitas ini dipilih karena sebagai salah satu penggerak komunitas budaya yang secara mandiri memiliki inisiatif menyiarkan konten kesenian.
Selama proses penelitian, peneliti mencari tempat tinggal di Klaten, yang tidak jauh dari lokasi pusat kegiatan komunitas agar dapat mengikuti aktivitas yang dikoordinasi oleh komunitas Bali Buja. Sejak saat itu, peneliti juga melakukan tur ke daerah penelitian Radio Komunitas Bayat (RKB) yang turut berperan dalam melestarikan kesenian tradisional. Kegiatan tersebut mendukung aktivitas peneliti dalam mengamati pengelolaan media komunitas.
Peneliti juga berbaur dalam pergaulan komunitas Bali Buja selama di Klaten. Tidak hanya melakukan proses observasi dan wawancara, peneliti juga melakukan kegiatan yang bersifat partisipatif dengan berkontribusi memberikan rekomendasi proyek program berdasarkan kebutuhan komunitas, misalnya pengembangan situs web dan penggunaan media podcasting.
Metode video digunakan untuk memperjelas gambaran dinamika anggota komunitas dalam mengelola media komunitas, kebersamaan yang dijalankan untuk nguri-uri budoyo Jawi (atau: melestarikan budaya Jawa) karena kepedulian atas makna kearifan lokal. Pada bagian lain pada bab ini akan dijelaskan fungsi film dokumenter sebagai penerapan metode video.