1.2 Rumusan Masalah
Internet sebagai medium hasil dari perkembangan TIK menciptakan ruang baru bagi komunitas untuk membentuk ruang komunikasi yang semakin efektif. Optimalisasi teknologi komunikasi seperti internet menciptakan peluang bagi terciptanya manfaat yang signifikan sebagai pendorong kreativitas komunitas budaya dalam memperluas jangkauan target khalayak. Penelitian ini merupakan studi tentang media hiperlokal, yang didefinisikan sebagai layanan konten daring untuk kebutuhan layanan informasi dan hiburan lingkup desa, kota, satu wilayah kode pos, atau komunitas kecil lain yang ditentukan secara geografis (Radcliffe, 2012). Peneliti mengeksplorasi hal tersebut dari perspektif komunitas budaya yang mengakui sifat partisipatif di antara penduduk lokal. Ini memungkinkan peneliti untuk mendalami tidak hanya cara orang-orang yang mengelola media hiperlokal, tetapi juga pentingnya menjaga esensi terhadap kearifan lokal yang terkandung dalam ekspresi seni dan budaya. Peneliti menitikberatkan pada eksistensi sebuah komunitas dalam membangun organisasi media komunitas, serta mendalami esensi yang dibangun dari ketahanan budaya oleh mereka. Alih-alih fokus kepada hal permasalahan regulasi yang ditunjukkan peneliti sebelumnya, studi ini akan mengajukan bentuk kajian media hiperlokal sebagai sebuah jalan alternatif bagi komunitas yang akan memanfaatkan platform digital untuk berekspresi. Media hiperlokal menjadi sebuah studi untuk dikaji atas konsekuensi dari keterbatasan yang dialami oleh komunitas budaya.
Regulasi berkaitan media penyiaran berbasis internet belum mengikat secara ketat. Hal ini berbeda dengan peraturan yang lebih spesifik dan mendetail untuk media penyiaran analog yang masih bergantung pada sistem pemancar dan frekuensi. Komunitas tidak lagi dibatasi dengan regulasi atau peraturan perundang-undangan penyiaran, misalnya berkaitan dengan teknis penyiaran seperti penggunaan frekuensi ataupun standarisasi peralatan. Dalam menghadapi masalah dan tantangan globalisasi, komunitas melakukan optimalisasi pemanfaatan TIK yaitu berupa pengembangan teknologi media. Teknologi internet dikelola oleh komunitas guna melaksanakan aktivitas yang mendukung ketahanan budaya.
Teknologi media pada dasarnya tentang hubungan antara simbolik dan materi. Artinya, teknologi memiliki dimensi simbolis, sedangkan teknologi media memiliki kemampuan material untuk menyematkan dan mengubah konten simbolik (Söderberg, 2014) seperti informasi, berita, cerita, buku dan film. Penelitian ini akan mengkaji taktik yang digunakan oleh komunitas budaya dalam mengembangkan media komunitas berbasis teknologi media. Studi ini berupaya menjelaskan proses adaptif yang dilakukan komunitas budaya dalam menggunakan peralatan pendukung berbasis teknologi. Penelitian ini melihat lebih dekat pada metode teknologi yang dapat digunakan untuk transmisi ekspresi budaya. Penelitian ini akan membatasi konteks adaptasi teknologi yang digunakan komunitas budaya berkaitan dengan inovasi teknologi untuk media komunitas. Inovasi yang disebut sebagai rangkaian ide, penerapan yang dianggap baru dalam konteks penelitian ini yaitu penerapan teknologi media berbasis internet bagi komunitas budaya. Transmisi budaya yang dilakukan oleh komunitas budaya dianggap sebagai cara baru dan inovatif.
Dunia menjadi tumbuh semakin besar berkat teknologi. Peneliti memperluas pemikiran, bahwa sebuah komunitas yang terlihat jauh dan seakan nampak terpinggirkan dapat menjangkau secara internasional. Masyarakat terhubung berkat inovasi yang berkelanjutan berdasarkan infrastruktur komunikasi. Setelah terhubung melalui media cetak, telepon, radio dan televisi – kemudian memperluas ke teknologi berbasis internet. Teknologi berbasis internet yang pada dasarnya merupakan pengembangan teknologi komputasi kemudian berkembang menjadi terus tumbuh ‘lebih kecil’ atau portabel. Orang saat ini selalu aktif berkat keberadaan telepon seluler. Hiperkonektivitas melalui perangkat kecil tersebut mengubah bagaimana informasi diperoleh, jumlah konten yang dikonsumsi, dan bagaimana sebuah konten semakin lebih ditargetkan kepada kepentingan individu atau sekelompok masyarakat yang memiliki kesamaan minat (Fegely, 2021).
Penelitian ini berusaha menggambarkan aktivitas dan interaksi komunitas budaya dalam mengolah perkembangan teknologi media sebagai media pelestari seni dan budaya. Sebelum menggunakan teknologi internet, Bali Buja bertahan dengan cara menggunakan media konvensional berbasis teknologi analog dan serta konsisten menggelar pertunjukan seni dengan panggung terbuka. Penelitian ini menguraikan lebih dalam tentang bertahannya Bali Buja di era digital. Bali Buja berkomitmen mempertahankan tradisi seni dan budaya tradisional dengan dukungan teknologi media. Di samping mengeksplorasi, penelitian ini juga menunjukkan studi literatur berkaitan dengan inovasi media komunitas berupa media hiperlokal yang diasumsikan menjadi solusi untuk menghadapi praktik eksistensi terhadap konten bermuatan budaya lokal.
Secara singkat, rumusan penelitian ini adalah bagaimana komunitas budaya mempertahankan kebudayaan lokal melalui penggunaan media komunitas berbasis teknologi media, khususnya melalui praktik kesenian yang digunakan komunitas dalam memproduksi pesan, fokus dari rumusan penelitian adalah sebagai berikut:
- Bagaimana strategi dan adaptif komunitas budaya dalam menggunakan teknologi untuk mengelola media komunitas?
- Bagaimana gambaran eksistensi komunitas budaya dalam mengelola pertunjukan seni dan budaya sebagai implementasi pelestarian nilai kearifan lokal di era digital?