Kesimpulan

6.1       Kesimpulan

Intinya bapak kan nguri-uri budoyo atau melestarikan budaya.. membuat banyak orang senang.. ya intinya supaya senang tentang budaya.. dengan dipamerkan lewat YouTube.. dengan live streaming.. lewat radio.. orang itu cinta akan budaya.. (Sentot)

Kutipan di atas merupakan bagian dari hasil wawancara yang secara khusus ditampilkan oleh peneliti pada bagian kesimpulan. Kutipan tersebut merupakan bagian dari pernyataan Sentot Murdoko, Koordinator Bali Buja, kurang lebih menangkap inti dari kesimpulan yang akan dipaparkan berikut ini. Penelitian ini mengungkap bahwa mulai dari motivasi peneliti hingga hasil kajian terhadap perjuangan komunitas budaya, hampir keseluruhan aktivitas dilandasi dengan semangat untuk menyenangkan banyak orang. Nilai- nilai kearifan lokal seperti berbuat baik yang ditunjang dengan minat yang besar terhadap seni dan budaya mendominasi upaya komunitas untuk mewujudkan ketahanan budaya. Interpretasi ini terbangun ketika temuan menyebutkan bahwa teknologi media pada dasarnya adalah alat komunitas dalam menyuarakan misinya.

Setelah melakukan perjalanan etnografi, peneliti menunjukkan bahwa proses adaptasi dan penggunaan teknologi media dalam komunitas budaya tidak sederhana. Media komunitas yang dikembangkan perlu mendapatkan dorongan motivasi dan peran pendampingan dari aktor sosial. Namun demikian, tantangan ini juga membawa peluang bagi komunitas budaya sejenis yang berada di area pinggiran ataupun bagi komunitas yang tidak memiliki ruang di media arus utama. Penggunaan internet menjadi sarana komunitas untuk menerapkan inovasi media hiperlokal.

Dalam bagian ini, kesimpuan dari penelitian diuraikan lebih lanjut. Sekaligus, peneliti juga akan menjabarkan beberapa catatan yang dapat dipertimbangkan untuk studi lebih lanjut. Penelitian ini mengkaji solusi yang digunakan oleh komunitas budaya dengan penggunaan teknologi media dalam mengembangkan media komunitas. Penelitian berargumen bahwa media komunitas adalah media berbasis layanan atas kebutuhan masyarakat. Penelitian menggunakan konsep komunikasi partisipatif yang diterapkan untuk memahami partisipasi masyarakat dalam media komunitas. Keterlibatan masyarakat atau komunikasi partisipatif merupakan karakteristik yang menentukan dari media komunitas (Conrad, 2014).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan inovasi komunitas sehingga produksi makna yang disampaikan melalui media komunitas tetap dapat diterima oleh masyarakat. Bagi komunitas budaya ini menjadi penting karena masuknya nilai-nilai budaya di luar lokalitas mereka memunculkan tantangan bagi keberadaan citra budaya lokal. Lebih lanjut, keberadaan media arus-utama yang tidak memberikan ruang bagi komunitas budaya yang berada di area pinggiran. Komunitas budaya yang termarjinalkan kemudian mengembangkan proyek inovasi berbasis teknologi media. Berdasarkan pada gagasan tersebut, maka peneliti berusaha untuk menjelaskan serta mengeksplorasi penerapan media komunitas berbasis teknologi media dalam konteks yang berbeda dari penelitian terdahulu.

Komunikasi partisipatif menjadi landasan bagi penelitian untuk mengeksplorasi strategi dan adaptif komunitas budaya dalam optimalisasi teknologi media dalam model pengelolaan media komunitas. Praktik inovasi teknologi media dalam membentuk media komunitas yang mengutamakan partisipasi anggota komunitas akan menunjukkan kondisi yang ideal atas media komunitas. Namun demikian, kendala dirasakan komunitas ketika membangun media komunitas konvensional seperti radio komunitas ataupun televisi komunitas. Temuan ini menunjukkan bahwa keterbatasan baik teknis dan perizinan menjadi implikasi inovasi dari komunitas budaya. Hasil penelitian tergambar pada bab 4 dan bab 5 penelitian ini.

Diskusi pada Bab 4 menunjukkan komunitas budaya yang berupaya memanfaatkan kreativitas untuk mampu mempertahankan eksistensi nilai-nilai budaya. Temuan yang paling jelas muncul dari penelitian ini adalah bahwa peran aktor sosial menjadi penting untuk menggerakan keberadaan komunitas budaya. Bali Buja terdiri atas beragam komunitas seni dan budaya, mereka tidak hanya sekadar membentuk komunitas kecil. Bali Buja dapat disebut sebagai sebuah asosiasi atau perkumpulan yang mengumpulkan berbagai komunitas seni dan budaya yang tidak mendapatkan kesempatan dan ruang di dalam media arus-utama. Salah satu temuan penelitian berikutnya menunjukkan bahwa aktor sosial dalam Bali Buja memiliki motivasi untuk menolong orang. Bagi aktor sosial, melakukan kontribusi kepada lingkungan masyarakat adalah bagian dari falsafah kehidupan yang diyakini. Tidak hanya untuk motivasi individu aktor sosial, tetapi nilai kearifan lokal juga melekat pada fondasi pergerakan komunitas. Konsep nilai kearifan lokal Jawa menjadi landasan dalam mengembangkan dan mengarahkan media komunitas. Ngeli ning ora keli atau mengalir namun tidak hanyut adalah sikap orang Jawa terhadap perubahan.

Falsafah tersebut dapat ditafsirkan sebagai sikap menerima perubahan tanpa meninggalkan individualitas. Penelitian ini telah membahas partisipasi masyarakat penggerak seni dan budaya dalam upaya ketahanan budaya melalui penggunaan media komunitas. Penelitian ini menanggapi pertanyaan ‘Bagaimana gambaran eksistensi komunitas budaya dalam mengelola pertunjukan seni dan budaya sebagai implementasi pelestarian nilai kearifan lokal di era digital?’. Penelitian beragumen bahwa kebutuhan masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam pelestarian budaya tradisional telah mendorong mereka untuk mengembangkan media komunitas berbasis teknologi media sebagai inovasi atas keterbatasan yang terjadi pada media komunitas jalur konvensional. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa untuk menunjukkan proposisi argumen peneliti, penelitian ini menerapkan konsep komunikasi partisipatif untuk mengkaji dinamika komunitas budaya dalam memilih platform yang tepat sebagai alat ketahanan budaya.

Langkah metodologis trace ethnography atau jejak etnografi (Geiger & Ribes, 2011) diterapkan melalui film dokumenter yang telah diproduksi berdasarkan kolaborasi antar anggota komunitas budaya. Logika yang digunakan dalam trace ethnography digunakan untuk mengurai data-data yang dihasilkan dari film dokumenter serta hasil wawancara dan observasi lapangan. Tujuan dari langkah peneliti tersebut yaitu untuk menunjukkan gambaran komunitas budaya dalam usaha pelestarian budaya.

Pencapaian media komunitas yang dikelola komunitas budaya yaitu promosi terhadap budaya lokal. Akses media yang diberikan kepada masyarakat menjadi peluang bagi komunitas budaya untuk mengekspresikan kebutuhan dan minat spesifik mereka. Akses tersebut menjadi peluang bagi komunitas yang selama ini dipinggirkan oleh media arus- utama. Namun demikian, upaya komunitas bukan tanpa kendala. Penelitian ini menemukan bahwa alih-alih menyerah dengan keterbatasan yang dialami, komunitas kemudian berupaya untuk mencari strategi adaptif terhadap keberadaan teknologi media. Inovasi yang dilahirkan pun merupakan hasil olahan perangkat yang tidak harus memiliki kualitas definisi tinggi.

Hasil kajian terhadap komunitas budaya mengidentifikasi keberadaan kolaborasi antar anggota komunitas baik dari dalam komunitas ataupun luar anggota. Dalam mengurai kolaborasi yang terjadi di dalam komunitas, peneliti meminjam konsep komunikasi kooperatif yang akrab digunakan dalam perspektif teknologi jaringan. Komunikasi kooperatif menunjukkan interaksi antara sumber data yang diproduksi menjadi pesan, kemudian di-relay (diteruskan atau disampaikan) dapat menemukan tujuan dari hasil kolaborasi. Sumber data yang dimaksud dalam konteks penelitian ini yaitu perangkat tujuan dari komunitas budaya. Karya seni yang menjadi wahana berekspresi kesenian oleh komunitas budaya kemudian didistribusikan melalui itas. Sebagai konsekuensi dari digitalisasi, media komunitas yang dibentuk merupakan hasil dari inovasi teknologi media berbasis internet. Media komunitas tidak hanya sebagai bentuk produk, melainkan menjadi platform.

Kontribusi penelitian ini telah mengkonfirmasi bahwa misi ketahanan budaya akan mampu diupayakan ketika terjadi partisipasi masyarakat yang memiliki kepedulian yang sama, motivasi untuk melahirkan inovasi, komitmen serta konsistensi antar anggota komunitas termasuk di dalamnya aktor sosial. Seperti bagian dari studi, penelitian ini juga menyoroti pentingnya interaksi antara media komunitas dengan budaya lokal. Bali Buja sebagai komunitas yang menekankan kepada pelestarian budaya Jawa menjadi populer di lingkup wilayahnya karena persepsi yang sama dengan masyarakat. Baik kanal media komunitas yang dikembangkan Bali Buja yaitu kanal Galuh Prambanan Televisi dan RKB memiliki kerangka tujuan aktivitas yang sama yaitu pelestarian budaya Jawa. Penelitian ini telah menunjukkan bahwa media komunitas mendapatkan dukungan masyarakat yang besar dibuktikan dengan keterlibatan aktor sosial, relawan, dan anggota masyarakat yang peduli untuk memproduksi konten-konten seni dan budaya.

Penelitian ini turut berkontribusi pada media komunitas yang masih berkutat terkait kendala keterbatasan akses, terbatasnya pemahaman SDM pengelola media dan regulasi teknis. Proyek kolaborasi antara peneliti dan informan diterapkan melalui luaran penelitian tindakan etnografis. Proyek tersebut dibentuk menjadi fondasi pengembangan media hiperlokal. Proyek tersebut dibentuk berdasarkan pengamatan dan hasil analisis penelitian.

Penelitian ini menunjukkan adanya perubahan dalam proses distribusi konten seni dan budaya tradisional di era digital. Komunitas budaya melalui pengembangan teknologi media menunjukkan upaya ‘pengarusutamaan’ konten pertunjukan seni dan budaya. Alih- alih merasa berada pada posisi terpinggirkan karena tidak mendapatkan kesempatan untuk berekspresi melalui media arus-utama, merasa justru secara kooperatif melibatkan anggotanya untuk bekerja kolaboratif dalam pengembangan media hiperlokal. Mereka kemudian membuktikan, bahwa optimalisasi beragam platform internet dapat melahirkan aliran baru berupa ‘pengarusutamaan’ konten seni dan budaya tradisional. Langkah ini sejalan dengan tujuan awal komunitas yaitu ketahanan budaya, sebuah upaya dalam menjaga warisan leluhur mereka agar terus diingat bagi generasi penerus. Apa yang dikembangkan komunitas melalui teknologi yang terkini merupakan bukti respon dari komunitas agar seni dan budaya tradisional semakin mudah diakses oleh generasi muda.