Kesimpulan

3.7       Kesimpulan

Bab ini memaparkan cara peneliti dalam menjawab pertanyaan penelitian. Kombinasi metode digunakan menjawab pertanyaan penelitian utama dan menginvestigasi masalah dengan lebih dalam. Penggunaan metode tersebut juga dimanfaatkan untuk dukungan kredibilitas dan objektivitas dari penelitian ini, yang dibuktikan dengan deskripsi dan analisis yang mendalam. Hasil penelitian disajikan dalam dua bab berikutnya. Kemudian terdapat bab diskusi dan kesimpulan sebagai sintesis dari argumen-argumen yang dibangun dalam setiap temuan.

Pada bagian kesimpulan Bab 3 ini, peneliti mengolah sebuah tabel pemetaan metode. Tabel ini menjadi acuan bagi peneliti dalam menyajikan hasil penelitian serta memisahkan hasil temuan penelitian berdasarkan pertanyaan penelitian. Tabel 3.1 merupakan gambaran pemetaan metode dalam penelitian ini. Di samping menampilkan area kajian di dalam setiap bab, tabel disusun peneliti dengan mencantumkan kembali pertanyaan penelitian, area konsep penelitian yang akan dieksplorasi serta instrumen metode yang digunakan oleh peneliti dalam setiap bab. Area konsep merupakan hasil pengembangan argumen konseptual yang telah dipaparkan dalam bab sebelumnya yaitu Bab Satu dan Bab Dua.

Tabel 3.1 Pemetaan Metode

Penelitian ini bersifat eksploratif untuk menjawab pertanyaan penelitian berkaitan dengan eksistensi komunitas budaya dalam menjaga nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung dalam ekspresi kesenian. Penelitian ini juga kompleks, karena berupaya menjelaskan dinamika komunitas budaya dalam melakukan optimalisasi teknologi media untuk menyiarkan konten seni melalui media komunitas.

Selama perjalanan penelitian Bali Buja, peneliti mendapatkan pengalaman yang berbeda jika dibandingkan dengan kerja penelitian pernah dilakukan sebelumnya. Diantaranya peneliti memutuskan penggunaan metode alternatif yang berbeda atau dapat disebut masih jarang digunakan dalam penelitian ilmu komunikasi khususnya di Indonesia.

Pengumpulan data yang dilakukan peneliti menggunakan konsep atau tata laksana yang biasa diterapkan dalam pembuatan film dokumenter, yaitu pra-produksi, produksi, dan pasca produksi. Tahapan pra produksi meliputi diskusi awal dengan asisten peneliti yang berjumlah orang. Kedua asisten peneliti tersebut merupakan bagian dari hasil rencana kolaborasi kerja peneliti. Mereka adalah mahasiswa tingkat akhir program sarjana yang sebelumnya telah memiliki pengalaman dalam bidang produksi film, khususnya dokumenter. Kedua rekan peneliti tersebut bertugas sebagai Produser dan Sutradara, sedangkan peneliti sendiri melaksanakan tugas sebagai Produser Eksekutif yang sekaligus merangkap sebagai Konseptor dari produksi Bali Buja. Tahapan berikutnya setelah dilaksanakan diskusi, peneliti bersama asisten peneliti melakukan kunjungan langsung ke area pusat penelitian di Klaten. Tahapan ini merupakan tahapan transisi antara pra-produksi dan produksi. Peneliti bersama dengan asisten peneliti telah melakukan rangkaian kerja pengambilan data dokumentasi berupa foto, audio dan video. Beberapa data dokumentasi inilah yang kemudian disunting untuk masuk ke dalam tahapan proses produksi dan pasca- produksi film dokumenter.

Seperti yang telah disampaikan sebelumnya pada bab ini, berdasarkan penelusuran peneliti, penggunaan film dokumenter sebagai sebuah metode penelitian masih belum banyak digunakan. Literatur terdahulu menyebutkan film dokumenter lebih sering dipakai dalam tataran luaran penelitian (Jati, 2021), jika dibandingkan dengan penggunaannya sebagai sebuah metode. Penggunaan film dokumenter ini juga erat kaitannya dengan penggunaan kebutuhan data dokumentasi visual yang kerap dimanfaatkan dalam strategi etnografi.

Etnografi dipahami sebagai strategi penelitian yang mengambil langkah dari bidang keilmuan antropologi. Etnografi adalah sebuah metode yang memberikan kesempatan kepada peneliti untuk memahami fenomena budaya yang mencerminkan sistem pengetahuan dan sistem makna dalam sebuah kelompok. Mengikuti kaidah penelitian etnografi yang baik, goodness criteria atau kualitas penelitian ini ditekankan kepada posisi peneliti yang terus menjaga jarak dengan subjek penelitian. Sekalipun demikian, tahapan ini tentu tidak mudah. Etnografi cenderung membutuhkan kedalaman temuan penelitian berdasarkan hasil interaksi peneliti dengan subjek penelitian. Etnografi seringkali dipertanyakan prosesnya ketika dihadapkan dengan permasalahan bias penelitian. Peneliti etnografi membutuhkan partisipasi dalam jangka waktu tertentu, sering kali peneliti kemudian tenggelam dan hidup di dalam masyarakat yang menjadi subjek penelitian. Kedekatan peneliti secara sengaja dibangun saat kerja lapangan. Court & Abbas (2022) menyebutkan bahwa peneliti tetap menjadi outsider (orang luar), dengan terus memahami pengalaman insider (orang dalam). Hubungan yang lebih intim dan bermanfaat diciptakan sebagai bagian bentuk kontribusi kemitraan peneliti.

Saat melakukan penelitian ini, peneliti turut membantu pengembangan dan penggunaan media baru bagi Bali Buja. Peneliti telah mengenal Bali Buja sejak tahun 2013, namun mulai mengumpulkan data sejak tahun 2018. Peneliti merupakan orang dalam tetapi juga orang luar karena tidak tinggal di lokasi komunitas Bali Buja atau memiliki sejarah bersama mereka. Dalam menjaga kualitas penelitian, peneliti telah meninggalkan lokasi penelitian sejak mulai menyusun bab-bab analisis data dan bagian diskusi. Pada saat itulah, peneliti merupakan orang luar.

Keterlibatan peneliti di dalam Bali Buja pada tahun 2013 adalah sebagai penonton dan pengunjung untuk pertunjukan seni. Kemampuan peneliti dalam mengembangkan media baru, khususnya berbasis teknologi media berbasis internet menjadi gagasan diskusi dengan pengelola komunitas budaya. Namun, pada saat itu, pengelola Bali Buja masih cenderung untuk memanfaatkan media konvensional. Walaupun demikian, gagasan perancangan penggunaan media baru bagi Bali Buja tetap berlanjut. Pengalaman tersebut menjadi ‘pintu masuk’ bagi peneliti untuk mengenal pengelola Bali Buja termasuk mendapatkan kepercayaan dari komunitas untuk mendapatkan data dan informasi seputar Bali Buja. Peneliti membantu sekaligus mendorong mereka. Seperti yang disampaikan sebelumnya, penggunaan etnografi yang dikombinasikan dengan penelitian tindakan partisipatif yang menumbuhkan budaya kolaboratif. Seperti yang diungkap oleh McNiff (2013), bahwa keterlibatan, improvisasi dan perbaikan merupakan bagian yang melekat dalam proses peneliian tindakan. Penelitian tindakan berkomitmen untuk membantu orang dalam meningkatkan kehidupan mereka (Fetterman, 2017). Peneliti percaya bahwa salah satu tujuan penelitian ini yaitu berguna bagi masyarakat yang terlibat. Dengan menciptakan kesempatan bagi komunitas budaya untuk menunjukkan diri, menyajikan temuan dan memberikan rekomendasi kepada komunitas. Beberapa langkah tersebut merupakan bagian dari aspek penelitian tindakan, ketika apa yang dikaji, dieksplorasi kemudian melahirkan gagasan dan memengaruhi bagaimana sebuah proyek berkembang.