Analisis Data

3.5       Analisis Data

Studi ini menjawab pertanyaan penelitian tentang bagaimana komunitas budaya dapat mempertahankan tradisi seni dan budaya melalui pemanfaatan media komunitas berbasis teknologi media. Analisis data dalam penelitian ini melibatkan informasi yang dikumpulkan dari berbagai sumber seperti: transkripsi wawancara semi-terstruktur, hasil perekaman audio wawancara, data video dokumentasi, film dokumenter, dan pengamatan berdasarkan catatan lapangan.

Peneliti menggunakan tindakan secara simultan untuk proses pengumpulan data dan analisis data. Peneliti merujuk pada pendekatan analisis yang diajukan oleh Creswell (2013) yaitu pengkodean data, memoing, pemaparan, pengklasifikasian, penafsiran dan visualisasi. Creswell dan Poth (2018) menjelaskan secara mendalam tentang cara menganalisis data kualitatif. Sebelum memulai proses analisis, sangat penting bagi peneliti untuk mempertimbangkan bagaimana data akan direpresentasikan, dikodekan, dianalisis, dan memutuskan tema. Ada tiga strategi analisis data utama untuk menganalisis data kualitatif secara efektif (Creswell & Poth, 2018). Strategi analisis data tersebut meliputi pengorganisasian data, reduksi data menjadi tema melalui proses pengkodean dan pemadatan kode serta merepresentasikan data dalam gambar, tabel atau diskusi.

Beberapa jenis teks yang digunakan peneliti yaitu transkripsi wawancara dengan pengelola komunitas Bali Buja dan penanggungjawab media komunitas. Data video yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis. Data video pertama adalah film dokumenter “Bali Buja” yang digunakan peneliti sebagai pemandu analisis data pada kajian komunitas dan peran aktor sosial. Pemaparan terkait film dokumenter dan hasil analisisnya ditunjukkan oleh peneliti pada bab empat. Sedangkan, data video jenis kedua yaitu berupa hasil dokumentasi video yang secara mandiri direkam peneliti dan kumpulan video yang tidak masuk hasil penyuntingan film dokumenter “Bali Buja”. Data video jenis kedua ini diolah bersama dengan data rekaman audio, transkripsi wawancara, hasil pengamatan lapangan dan catatan lapangan.

Dalam penelitian ini, wawancara direkam menggunakan alat rekam audio berformat digital dan kamera video. Setiap proses wawancara telah selesai dilaksanakan, peneliti meninjau rekaman audio dan video. Setiap wawancara ditranskripsi. Demikian pula dengan hasil perekaman video ditinjau dan disunting sesuai dengan kebutuhan penelitian menggunakan perangkat lunak Movavi Video Converter Premium. Perangkat lunak ini berfungsi membantu proses penyuntingan data video dan pengelompokan data video.

Data yang telah dikumpulkan oleh peneliti dievaluasi secara kualitatif melalui CAQDAS (Computer Aided Qualitative Data Analysis Software) atau aplikasi perangkat lunak analisis data kualitatif berbasis komputer. Perangkat lunak yang digunakan adalah Atlas.tiTM versi 8. Demikian pula beragam referensi literatur yang telah disimpan sebelumnya, dimasukkan ke dalam perangkat lunak Atlas.ti. Atlas.tiTM merupakan program komputer analisis kualitatif yang memungkinkan pengodean simultan untuk beberapa proses koding (Nicácio & Barbosa, 2018). Program ini membantu peneliti untuk mencurahkan lebih banyak waktu dalam menganalisis data, serta menunjang eksplorasi data yang lebih komprehensif. Dengan Atlas.tiTM, peneliti menelusuri setiap materi dan menandai bagian, kutipan, atau seluruh bagian untuk mencatat fitur atau bagian berbeda dari data yang signifikan atau menarik (Soratto et al., 2020). Penggunaan dan penamaan kode-kode ini diinformasikan oleh konsep, tema, dan pola yang telah muncul dari kerja lapangan, atau pola baru saat pengodean.

Peneliti memfilter data penelitian yang dikumpulkan dengan cara mempersempit cakupan data dan memilahnya. Kemudian, peneliti melakukan coding atau pengokodean data berdasarkan kategori tema yang telah ditetapkan sebelumnya (Saldaña, 2016). Peneliti akan membuat catatan jika data dianggap belum lengkap atau menimbulkan pertanyaan bagi peneliti. Peneliti menggunakan teknik probing untuk kebutuhan pendalaman data. Data yang mendalam adalah kebutuhan yang mendasar bagi penelitian kualitatif karena akan menambah kredibilitas dari analisis dan memungkinkan peneliti untuk menunjukkan keunikan dari hasil penelitian.

Atlas.ti digunakan sebagai alat bantu untuk menganalisis. Atlas.ti dimanfaatkan peneliti sebagai alat manajemen data. Analisis tematik digunakan peneliti untuk pengelolaan coding data, sehingga peneliti dengan hati-hati menyiapkan dokumen sebelum dimasukkan ke dalam perangkat lunak. Peneliti menggunakan opsi pengkodean di dalam perangkat lunak, seperti pengkodean terbuka (di dalam Atlas.ti dapat menggunakan langkah open coding atau add coding), kode berdasarkan daftar, atau kode in vivo untuk membuat kode awal yang baru.

Menurut Adu (2019) setidaknya terdapat tiga strategi dalam pengkodean utama yaitu: pengkodean berfokus pada deskripsi, pengkodean berfokus pada interpretasi dan pengkodean berfokus pada anggapan. Strategi pengkodean berfokus pada deskripsi melibatkan deskripsi peristiwa, latar, perilaku, pengalaman, atau cerita. Tujuan penggunaan strategi pengkodean ini adalah untuk menghasilkan kode-kode yang terkait erat dengan indikator empiris. Pengkodean berfokus pada interpretasi memiliki karakteristik kepada pembuatan makna berdasarkan pemahaman peneliti terhadap informasi. Strategi ini digunakan karena latar belakang dan biasa peneliti yang dapat memengaruhi interpretasi saat membuka makna, sehingga penting untuk mengelompokannya. Sementara itu, strategi pengkodean berfokus memiliki kedekatan dengan analisis data grounded theory. Dengan cara yang sama, Adu (2019) memaparkan bahwa peneliti melihat bukti dalam data (yaitu indikator empiris) dan membuat kesimpulan atau klaim dari mana kode dikembangkan. Tujuannya yaitu untuk menentukan apakah teori atau konsep yang diajukan dapat menjelaskan data baru. Karakteristik dari strategi pengkodean yang berfokus pada anggapan adalah tentang menghasilkan klaim dan mencari bukti spesifik dalam data untuk mendukungnya.

Jika ditinjau dari karakteristik setiap strategi, pada dasarnya pengunaan strategi ini sejalan dengan pendekatan pengkodean umum yang dibahas oleh Saldana (2016). Apapun istilah strategi yang digunakan, paling utama dalam proses analisis adalah konsistensi antara pengkodean dengan tujuan studi dan pertanyaan penelitian. Merujuk pada Saldana (2016), peneliti menggunakan tahapan coding sebagai berikut: a) coding atau pengkodean (meletakkan frasa/kata/kata kunci), b) code group atau pengelompokan (merapikan rangkaian code) sebagai tahapan awal kategorisasi, dan c) kategorisasi (dengan membuat jaringan baru/new network).

Dalam kebutuhan penyajian hasil penelitian dan analisis data, peneliti membagi ke dalam dua arisp proyek. Peneliti perlu membagi ke dalam dua arsip proyek guna menyesuaikan kebutuhan peneliti yaitu sebagai penyajian data pada bab empat dan bab lima. Pada bab empat, peneliti fokus kepada data film dokumenter, sebagai informasi utama untuk melakukan analisis dan interpretasi. Trace ethnography diterapkan peneliti pada bab empat. Sedangkan, pada bab lima, peneliti menggunakan lebih banyak hasil data wawancara yang telah ditranskripsi. Pengarsipan data penelitian tidak hanya menggunakan perangkat lunak Atlas.ti, peneliti juga memanfatkan sarana penyimpanan awan yaitu Google Drive. Banyaknya arsip data video yang dihasilkan perlu diputuskan peneliti untuk menyimpan secara lebih aman melalui penggunaan aplikasi penyimpanan awan. Demikian pula dengan data-data seperti catatan lapangan, foto, hasil observasi, dan kumpulan literatur pustaka yang digunakan sebagai alat bantu peneliti untuk melakukan interpretasi.

Analisis yang dilakukan peneliti terdiri atas dua babak. Hal ini menyesuaikan dengan skema penyajian hasil penelitian oleh peneliti (Tabel 3.1) yang terbagi pada bab empat dan bab lima. Pada bab empat, peneliti fokus pada konsep kreativitas yang dikembangkan oleh komunitas budaya dan peran aktor sosial yang mendukung keberadaan kemajuan komunitas.

Dalam menggambarkan komunitas budaya, peneliti ditunjang dengan keberadaan data pendukung berupa informasi yang terdapat di dalam film dokumenter dan data video yang belum disunting untuk keperluan produksi film dokumenter.

Pada bab lima, peneliti mengeksplorasi peran teknologi media dan pengalaman pengelola komunitas budaya dalam mengelola media komunitas berbasis teknologi internet. Setiap pengalaman yang dialami oleh pengelola komunitas budaya dan pengurus media komunitas dieksplorasi oleh peneliti. Setiap pengalaman informan akan dielaborasikan dengan konsep yang dipahami secara kualitatif oleh peneliti.

Setelah melakukan pengkodean, pengkategorisasian dan menganalisis kode, peneliti kemudian menyusun peta konsep. Peta konsep merupakan kesatuan dari kategorisasi. Melalui bentuk visual yang dihasilkan Atlas.ti, peneliti kemudian memaparkan hasil struktur konsep dan melakukan interpretasi terhadap hasil olahan data. Narasi yang dianggap sesuai dengan makna hasil interpretasi peneliti masukkan ke dalam diskusi penelitian.

Data-data yang meliputi data video, audio, hasil transkrip wawancara, termasuk data mentah film dokumenter disimpan melalui sarana penyimpanan awan Google Drive. Khusus data yang tersimpan, hanya peneliti, asisten peneliti dan pembimbing peneliti yang mendapatkan akses.