5.5       Diskusi

Dalam bab ini, peneliti menggunakan alat analisis data atlas.ti untuk memetakan bagian-bagian konsep yang dapat dielaborasikan dengan temuan data. 

Gambar 5.19 Pemetaan Analisis Data Teknologi Media (atlas.ti)

Beberapa hal yang bisa dikaji dalam bagian ini adalah peran teknologi dalam komunitas budaya dan media komunitas. Pada dasarnya teknologi merupakan ibarat kulit atau luaran dari proses perkembangan manusia. Esensi yang bisa dirasakan teknologi ketika manusia mampu mengembangkan inovasi terhadap teknologi. Pemberdayaan teknologi menjadi bermakna bahkan dapat dinilai mampu dan ‘bijaksana’ ketika manusia mampu membawa keberadaan teknologi kepada apa yang dianggap paling penting.

Media berbasis komunitas lokalitas yang adaptif atau dalam konteks penelitian ini disebut sebagai media hiperlokal, kemudian mudah diakses oleh semua anggota masyarakat menjadi tantangan bagi pengembangan media komunitas di lingkungan Bali Buja. Kontribusi mereka dalam membangun media hiperlokal adalah wujud media komunitas modern yang berhadapan dengan media arus-utama. Media tradisional yang disandingkan dengan teknologi media berbasis TIK diakui memiliki dampak lebih besar dalam menarik partisipasi khalayak generasi internet (Bakker & de Vreese, 2011). Disrupsi teknologi kemudian menciptakan jalan baru “media baru” melalui pengolahan media. Media baru adalah bagian integral dari masyarakat modern (Rajendran & Thesinghraja, 2014). Dalam komunitas, manusia adalah media yang paling kuat, menggambarkan relevansi yang lebih besar dari media pribadi daripada media eksternal dalam konteks komunitas. Proses komunikasi dan pengambilan keputusan dalam komunitas sangat bergantung pada pekerjaan para pemimpin komunitas.

Beragam penelitian telah menilai peran komunikasi partisipatif pada media komunitas (Fombad & Jiyane, 2019; Fraser & Restrepo-Estrada, 2002; Rampersaud, 2020; Servaes, 2020). Sebagaimana ditekankan dalam konsep media komunitas, bahwa terciptanya konsensus adalah ciri khas dari media komunitas. Media hiperlokal yang berkembang di Amerika (Chadha, 2016), Inggris (Harte, 2013), Belanda (van Kerkhoven & Bakker, 2014), Jerman (Harnischmacher, 2015), Swedia (Leckner et al., 2019), dan Rusia (Dovbysh, 2021), mengungkapkan bahwa media tersebut dilatarbelakangi oleh inisiatif orang-orang yang bekerja di media. Sedangkan, Bali Buja mengembangkan media komunitas dilandasi oleh dominasi inisiatif anggotanya.

Dalam mengurai kerjasama ataupun kolaborasi yang digunakan oleh sekelompok masyarakat dalam mengelola media hiperlokal. Peneliti mengadopsi pemahaman konsep mendasar dari komunikasi kooperatif. Komunikasi kooperatif berangkat dari konsep yang diajukan oleh Robert Bacal (1998). Istilah komunikasi kooperatif digunakan untuk menggambarkan teknik komunikasi yang mendorong orang untuk bekerja secara kolaboratif. Disebut sebagai kooperatif karena terdapat aktivitas tindakan pengiriman pesan ke tujuan melalui beberapa jalur. Dalam pandangan yang sama, Lull (2020) mengungkapkan bahwa manusia perlu bekerjasama dan mengutamakan kolaborasi yang saling menguntungkan agar mampu bertahan untuk menempuh suatu tujuan.

Dari perspektif jaringan, komunikasi kooperatif dapat berperan menghasilkan keragaman teknik untuk mentransmisikan salinan informasi. Ketika saluran nirkabel sensitif terhadap fading, komunikasi kooperatif mampu secara efektif menghindari masalah yang memudar atas saluran tersebut dengan menggunakan teknik keragaman spasial. Dengan kata lain, dalam mesin nirkabel komunikasi kooperatif, pengguna tidak hanya sekadar mengirimkan data atau menerima data tetapi mereka juga akan bertindak sebagai agen kooperatif untuk pengguna lain (Katiyar et al., 2011). Sehingga, komunikasi kooperatif membawa perubahan besar dalam menyampaikan pesan. Dalam arsitektur jaringan kooperatif, jalur independen di dalamnya disebut sebagai sumber (source) dan tujuan (destination) melalui saluran relai (relay) (Nabar et al., 2004).

Gambar 5.20 Foto Bersama Relawan Warga dalam Bali Buja
Sumber: Dokumentasi Bali Buja

Temuan dari penelitian ini mengungkap bahwa aktor media komunitas menggunakan model media hiperlokal untuk kegiatan penyiaran seni dan budaya. Partisipasi masyarakat dalam komunitas merupakan bentuk gerakan masyarakat yang menggunakan nilai-nilai kearifan lokal untuk menuju tujuan utama yaitu pelestarian budaya. Dalam konteks pemberdayaan masyarakat, nilai-nilai lokal memiliki peran yang penting dalam menentukan pergerakan dan perjalanan komunitas. Masyarakat di dalam Bali Buja menyadari bahwa menunggu akses dan kesempatan dalam media arus utama bukan menjadi jawaban satu-satunya. Begitu pula, kekuatan pemerintah daerah pun disadari tidak cukup menyelesaikan kebutuhan masyarakat secara luas. Nilai-nilai lokal kemudian menjadi landasan motivasi bagi masyarakat untuk secara swadaya memenuhi tujuan kolektif. Aktor sosial di dalam komunitas budaya berperan sebagai pemimpin informal untuk mendampingi dan mengarahkan kepada tujuan. 

Ditinjau dari konsep komunikasi kooperatif, kanal Galuh Prambanan TV dan kolaborasi dengan RKB adalah embrio dari implementasi media hiperlokal. Secara simultan kedua media tersebut sama-sama berupaya mendorong pemberdayaan masyarakat untuk berperan aktif dalam pelestarian budaya lokal. Setiap pengelola media komunitas menjadi aktor dalam kolaborasi (komunikasi kooperatif) masyarakat untuk mendorong pelestarian budaya lokal Jawa.

Gambar 5.21 Konsep Komunikasi Kooperatif

Apa yang dilakukan oleh Bali Buja merupakan upaya pemberdayaan teknologi yang bertujuan pelestarian budaya. Ketika teknologi media kemudian dikembangkan menjadi inovasi media komunitas. Inovasi teknologi media pada media komunitas berangkat dari ketidakmampuan media arus-utama dalam memberikan ruang bagi kelompok penggerak seni dan budaya yang terpinggirkan. Untuk alasan tersebut, Bali Buja kemudian memilih untuk berinovasi dalam media komunitas yang berbasis teknologi internet. Dalam kasus radio komunitas RKB yang juga menjalin kerjasama dengan Bali Buja pun mereka memanfaatkan teknologi streaming termasuk teknologi rekaman digital sebagai sarana produksi dokumentasi. Tidak hanya untuk keperluan dokumentasi, tetapi mereka melakukan hal tersebut sebagai bagian dari pelestarian budaya. 

Media hiperlokal adalah bagian dari inovasi yang berkembang setelah muncul beragam istilah media komunitas seperti media alternatif, media radikal, media warga. Seperti yang telah dipaparkan pada bagian sebelumnya pada bab ini, esensi utama dari beragam istilah tersebut adalah media komunitas. Sejalan dengan argumen Fuchs (2010) media pada dasarnya bukan hanya sistem sosial; mereka seeperti media komunitas adalah sistem sosial yang mampu menjangkau khalayak yang besar dan dengan demikian dapat berkontribusi pada proses komunikasi di bidang publik. Karena itu, konsep ruang publik menjadi penting dalam mengkaji media komunitas. Menurut Habermas (1974, 2020) ruang publik yang ideal adalah ketika sarana dapat diakses oleh semua kalangan masyarakat serta memungkinkan mereka dalam mengendalikan pesan yang akan disampaikan. 

Gambar 5.22 Tampilan tangkapan layar Facebook dari akun Galuh Prambanan Televisi

Menjelajahi laman akun Facebook Galuh Prambanan Televisi, terlihat bahwa batasan geografis yang menjadi kendala bagi penyiaran konvensional radio komunitas dapat diatasi melalui model media hiperlokal. Seperti yang dapat dilihat pada Gambar 5.23, konten lokal seperti wayang kulit di dalam GPTV mendapatkan perhatian dari khalayak di luar wilayah Klaten. Sebagai media komunitas, kemudian GPTV mendefinisikan diri sebagai media hiperlokal yang merepresentasikan konten budaya Jawa.

Gambar 5.23 Laporan Penonton live streaming dari Facebook

Spesifikasi media hiperlokal adalah konten unik yang dapat diwakili oleh perwakilan masyarakat dalam ruang yang sama, kemudian hadir dalam media tersebut untuk berbagi kontribusi yang sama. Kategori konten yang dominan mewakili Bali Buja adalah budaya. Konten-konten seperti wayang kulit, cokekan, dan seni karawitan didedikasikan untuk mempromosikan penguatan terhadap nilai-nilai spiritual dan identitas masyarakat Jawa. 

Gambar 5.24 Tangkapan Layar Fitur Chat YouTube Galuh Prambanan TV
Sumber: Akun YouTube Galuh Prambanan TV

Seperti disebutkan dalam bab sebelumnya, tujuan media hiperlokal adalah untuk memberikan ruang bagi komunitas lokal dan melayani kepentingan kelompok orang tertentu dengan wilayah geografis yang diperluas secara digital. Interaksi yang terdapat di dalam platform seperti kolom komentar dalam Facebook ataupun YouTube akan menguntungkan proses komunikasi antara anggota Bali Buja dan masyarakat Jawa di luar wilayah Klaten. Salah satu karakteristik paling signifikan dari media hiperlokal adalah ikatan antar anggota masyarakat serta keterlibatan sosial.

Media hiperlokal menekankan bahwa salah satu fitur media ini yaitu partisipasi pemirsa dalam memproduksi konten. Temuan peneliti menunjukkan keterlibatan khalayak memiliki perbedaan antar platform. Keterlibatan khalayak melalui Facebook cenderung mendominasi dibandingkan platform YouTube. Hal ini merujuk kepada data umpan balik di dalam kolom pendapat atau komentar.