4.1.2      Membangun Hubungan dengan Seniman dalam Produksi Dokumenter Bali Buja

Sub bagian ini memberikan gambaran mendalam tentang berbagai tahapan yang terlibat dalam produksi film dokumenter. Dengan kata lain, disebut sebagai proses pengumpulan data. Tentu saja penting bagi peneliti menguraikan bagaimana data dikumpulkan dan diubah menjadi film dokumenter dan data dokumentasi penelitian karena memengaruhi pemahaman keseluruhan proyek penelitian. Aspek metode penelitian kualitatif tradisional seperti pelaksanaan wawancara dan transkripsi tetap digunakan, sedangkan hasil produksi dokumenter digunakan untuk menambah lapisan analisis lain pada data. Sebagai bagian dari penelitian, peneliti mempertimbangkan daya tarik visual data serta keefektifannya dalam bercerita.

Pada bab sebelumnya telah diuraikan kajian literatur yang menjadi landasan penggunaan film dokumenter sebagai bagian alat penelitian. Isi video dari film dokumenter merupakan bagian dari metode video yang digunakan peneliti untuk melakukan kajian terhadap aktivitas komunitas budaya. Selain itu, hasil dari produksi film dokumenter dapat menjadi proyek temuan penelitian. Peneliti memutuskan bahwa hasil film dokumenter bukan sekadar menjadi luaran penelitian yang dihasilkan dari suntingan atas rangkaian informasi dari data visual. Karena itu, penting dalam proses penelitian ini, peneliti melibatkan anggota komunitas Bali Buja sebagai informan penelitian dan juga menjadi bagian dari proses produksi. Seperti yang diungkap oleh Burawoy (2005) bahwa pengambaran sosiologi publik, keterlibatan anggota komunitas menjadi pembawa pesan ke publik. Mereka tidak hanya akan memberi saran tentang bagaimana komunitas budaya ingin difilmkan, tetapi mereka juga memberikan kontribusi visual yang dirasa paling mewakili mereka sendiri.

Hubungan dengan orang-orang yang bekerja dengan peneliti menjadi bagian paling penting. Alih-alih, menyebut mereka sebagai “subjek penelitian”, peneliti menganggap mereka lebih seperti teman yang peneliti anggap setara daripada sebagai subjek studi. Peneliti tidak mengembangkan hubungan yang baru tetapi mengubah hubungan yang sudah ada menjadi lebih dekat dan produktif. Sejak awal, peneliti telah berbicara dengan mereka tentang proyek penelitian ini, sekaligus menjadikan film dokumenter yang diproduksi menjadi bagian dari media komunikasi mereka sebagai komunitas budaya yang terus berupaya menjaga ketahanan budaya.

Untuk keperluan produksi film dokumenter ini, selain melibatkan warga komunitas budaya sebagai bagian dari informan atau narasumber dalam dokumenter. Peneliti juga melibatkan pembuat film yang memiliki kemampuan dalam mengaplikasikan peralatan kamera dan editing. Tahapan awal dimulai dari diskusi antara peneliti dengan pembuat film yang berperan sebagai sutradara dan produser.

Film dokumenter menjadi bagian dari aksi kolaborasi kerja penelitian antara peneliti, asisten peneliti dan anggota komunitas budaya. Peneliti melibatkan asisten peneliti sebagai tim produksi, antara lain berperan menjadi sutradara dan produser. Layaknya hasil kajian penelitan, proses produksi film dokumenter juga menggunakan cara yang serupa dengan proses penelitian pada umumnya. Sebelum diproduksi, pembuat film dokumenter juga melaksanakan tahapan pra-produksi berupa penelitian dan observasi (Nisbet & Aufderheide, 2009). Sebuah produksi dokumenter dianggap mampu mewakili sebuah produksi pesan jika sebelumnya telah secara matang didiskusikan atau dielaborasikan seluruh temuan data. Dalam penelitian dan produksi dokumenter, peneliti juga menerapkan tahapan pra-produksi. Pra-produksi diisi dengan diskusi dan pengarahan pada tim produksi terkait target informan yang akan menjadi narasumber utama, kemudian diskusi mengenai sumber-sumber data yang diperlukan untuk menjadi bagian data video atau footage. Selama pelaksanaan produksi dan pasca produksi, secara simulatan peneliti juga memulai tahap analisis dengan cara kualitatif seperti menyalin hasil rekaman dan membaca transkrip. Hasil rekaman tersebut juga turut disesuaikan dengan hasil pengamatan peneliti baik melalui observasi, catatan harian, dokumentasi foto peneliti.

Melalui analisis tersebut, beberapa alur cerita menjadi narasi khas yang mampu menyatukan sumber data dan anggota komunitas budaya yang terlibat. Film dokumenter ini memiliki alur berdasarkan tiga alur pembabakan cerita, dimulai dari sejarah awal Bali Buja, teknologi media yang digunakan komunitas, kemudian harapan esensial yang ingin dicapai dari komunitas tersebut. Beberapa hasil rekaman tidak digunakan dalam film dokumenter karena bukan menjadi bagian dari jawaban penelitian pada bab ini yaitu untuk penggambaran komunitas budaya, melainkan untuk lebih menggambarkan kepada esensi inti pesan yang ingin disampaikan sang realwan donatur atau inisiator dari komunitas. Mengenai bagian tersebut, peneliti akan menguraikan pada bab lain dari penelitian ini. Sebagaimana yang dikerjakan dalam penelitian kualitatif, proses pengkodean membantu untuk melakukan sintesis materi penelitian.