Komunikasi Kooperatif dalam Komunitas Budaya

4.1       Pengantar

Dalam bagian ini peneliti akan menyajikan hasil penelitian berkaitan dengan eksistensi komunitas budaya Bali Buja. Pengumpulan data dalam bagian ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang gambaran eksistensi komunitas budaya dalam menjalankan aktivitas ketahanan budaya. Pada bab sebelumnya telah disampaikan bahwa pilihan peneliti dalam menggambarkan komunitas budaya ditempuh dengan metode pendekatan video dokumenter.

Video menjadi alat analisis dari penelitian untuk memahami realitas komunitas budaya Bali Buja yang mengembangkan inovasi atau alternatif untuk media komunitas. Pendekatan video tidak hanya terbatas sebagai alat penelitian, namun, digunakan untuk alat penyajian hasil penelitian. Peneliti menggunakan pendekatan video dokumenter. Video dokumenter ataupun ada beberapa sarjana yang menyebutnya dengan video etnografi masih memiliki perdebatan karena metode ini dianggap baru dan memiliki tantangan metodologis berkaitan etik, keabsahan dan terbuka peluang bias yang tinggi. Namun, studi visual yang dilakukan beberapa sarjana (Aguayo, 2014; Friend & Caruthers, 2016; Wayne, 2008) memperkuat argumen peneliti berkaitan dengan penggunaaan video. Heath (2017) menyebutkan bahwa video yang sebenarnya sudah dikenal sejak lama sebagai alat penelitian khususnya untuk pendekatan kualitatif. Produksi film disebut sebagai metode yang dapat dipertanggungjawabkan secara empiris (Hughes, 2021) untuk mendapatkan informasi serta pengalaman hidup sekelompok orang. Video dianggap relatif menjadi semakin dibutuhkan, khususnya untuk menggambarkan secara nyata terhadap temuan data penelitian (Borish, 2021; McIlvenny, 2020). Kemajuan peralatan pendukung penelitian berbasis video semakin memperkuat keberadaan video untuk menjadi alat penelitian, jika sebelumnya penelitian terbatas dengan penggunaan peralatan gambar atau foto yang bersifat statis, seperti fotografi.

Dalam bab ini, penggunaan video dokumenter sebagai bagian dari alat analisis akan dibahas terlebih dahulu sebelum diterapkan dalam mengurai penggambaran eksistensi komunitas budaya Bali Buja. Bab ini akan membatasi diskusi dalam eksplorasi aktivitas dan keberadaan fungsi komunikasi kooperatif yang digunakan Bali Buja dalam mewujudkan guyub kolaborasi masyarakat untuk tujuan pelestarian budaya. Bab terdiri dalam beberapa bagian, pertama peneliti akan menggambarkan bagaimana komunitas budaya ini bisa berdiri dan menjadi sarana bagi masyarakat di sekitar Prambanan (tepatnya desa Tlogo, Klaten) untuk berekspresi. Metode kombinasi akan digunakan untuk menjawab tantangan pertanyaan ini. Kemudian, bagian berikutnya peneliti akan memaparkan beberapa data yang menunjukkan upaya komunitas budaya yang dikelola secara terstruktur namun tetap memegang konsep kearifan lokal dalam berorganisasi.

Proses penelitian serta upaya produksi film “Bali Buja” bertujuan sebagai aktivitas mendukung kegiatan seni Bali Buja dalam upayanya menciptakan gerakan ketahanan budaya di tengah posisi marjinal seniman yang berada di Kabupaten Klaten. Kemunculan Bali Buja merupakan bagian dari pemberdayaan masyarakat ketika mereka tidak terdengar dari proses pembangunan dan industri media yang lebih berorientasi pada keuntungan. Produksi film dokumenter “Bali Buja” merupakan proyek kolaborasi antara peneliti, seniman pertunjukan tradisional dan produsen film modern (film perkotaan). Dengan demikian, film digunakan sebagai media alternatif untuk mengeksplorasi kisah mereka melalui film.

Tujuan penelitian pada bab ini yaitu untuk merekam, memahami, dan menganalisis komunikasi kooperatif yang terjadi dalam paguyuban Bali Buja. Mereka menggunakan media baru berbasis teknologi media dalam pengelolaan media komunitas. Media komunitas Bali Buja termasuk strategi mereka untuk menjaga eksistensi masyarakat yang peduli atas kesenian tradisional yang identik dengan kearifan lokal.

Selain digunakan sebagai alat penelitian, hasil dokumenter digunakan sebagai proyek promosi ketahanan budaya atas tradisi budaya lokal. Karena itu, peneliti menjadikan film dokumenter sebagai proyek portofolio media kolaboratif yang menggunakan pengalaman seniman tradisional dari internal Bali Buja untuk pengembangan konten. Peneliti beargumen proyek dokumenter ini juga akan menjadi produk media yang memiliki muatan suara atas visi ketahanan budaya Bali Buja. Dalam salah satu sub bab pada bab ini juga akan memaparkan hasil analisis peran aktor sosial dalam pemberdayaan komunitas budaya.

 Pada bagian ini, penelitian memiliki objek pengamatan pada pemanfaatan film dokumenter yang dihasilkan berupa kolaborasi komunitas budaya. Data penelitian berupa hasil observasi, data video dan foto dokumentasi termasuk hasil produksi dari film dokumenter digunakan untuk menganalisa dan menjabarkan penggambaran aktivitas Bali Buja.

Bagian akhir dalam bab ini akan mengelaborasikan antara konsep, temuan data, serta hasil penelitian pada komunitas Bali Buja untuk menjaga eksistensi keberadaan seni dan budaya. Konsep yang telah diungkapkan dalam bab sebelumnya yaitu ketahanan budaya, komunikasi kooperatif yang berkembang dalam aktivitas komunitas budaya, dan konsep kearifan lokal yang diketahui sebagai salah satu panduan hidup masyarakat Jawa yaitu ‘ngeli ning ora keli’.