4.2       Bali Buja

Penelitian berawal dari tahun 2013, ketika peneliti mendapatkan kesempatan untuk mengunjungi desa Tlogo, Klaten dan menyaksikan pertunjukan seni oleh sekelompok masyarakat. Setelah melakukan perkenalan dengan pengelola komunitas, peneliti kemudian mengembangkan gagasan berupa proyek kolaborasi dengan sekelompok seniman berasal dari kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Proyek kolaborasi ini merupakan bagian dari interaksi antara peneliti dengan komunitas yang dapat dikatakan mempermudah peneliti mendapatkan akses ke informan.

Proyek kolaborasi antara peneliti dan komunitas budaya yaitu mengerjakan rancangan bentuk inovasi media baru bagi komunitas seni Bali Buja. Peneliti bersama dengan tim yang memiliki keahlian dalam bidang teknologi informasi turut mempersiapkan perangkat rancangan teknologi internet untuk menyiarkan live streaming (siaran langsung) dari aktivitas Bali Buja. Rancangan teknologi internet tersebut merupakan bagian dari proyek awal sebelum pengembangan situs web yang akan digunakan untuk menyiarkan lebih luas Bali Buja. Beberapa usulan platform yang akan digunakan mulai dari situs web, aplikasi Facebook, YouTube dan teknologi siniar. Pertemuan awal antara peneliti dengan beberapa sosok-sosok yang akan menjadi informan tidak terlampau sulit dilakukan.

Selanjutnya peneliti memanfaatkan kesempatan tersebut untuk aktivitas observasi dan pendalaman terhadap informan yang akan menjadi sumber data dengan informasi signifikan dengan kebutuhan penelitian. Kontribusi peneliti pada Bali Buja diwujudkan dengan mengikuti dan terlibat ke dalam beberapa aktivitas seni Bali Buja seperti pertunjukan wayang wong (atau: wayang orang), wayang kulit, seni karawitan dan sendratari. Peneliti mengamati kegiatan Bali Buja mulai dari aktivitas saat masih menggunakan panggung terbuka sebagai media komunitas hingga pemanfaatan media baru.

Gambar 4.1 Kegiatan Bali Buja di Panggung Terbuka Tahun 2018
Sumber: Dokumentasi Peneliti

Kegiatan proyek kolaborasi yang dilakukan peneliti menjadi keuntungan dalam proses penelitian Bali Buja. Tidak hanya proyek kolaborasi berkaitan dengan pengembangan teknologi media baru, peneliti juga mempersiapkan rancangan film dokumenter. Dalam proses produksi dokumenter yang berjudul “Bali Buja”, seperti yang telah diungkap sebelumnya bahwa peneliti bekerjasama dengan pembuat film berpengalaman untuk menjadi produser dan sutradara. Kedua personil tersebut menjadi mitra dalam memproduksi karya dokumenter dengan tujuan memperkenalkan Bali Buja. Tidak hanya itu, karya audio- visual tersebut juga diajukan sebagai media dokumentasi dalam menunjukkan upaya eksistensi yang dibangun Bali Buja. Dalam produksi dokumenter ini, peneliti sekaligus bertindak sebagai pengarah dan penggagas dari arah dokumenter. Kerjasama produksi ini diawali dengan pertemuan pra produksi dengan mitra produksi yang dilaksanakan di Jakarta dan juga di Klaten, tempat lokasi aktivitas Bali Buja. Sebagai konsekuensi dari kedekatan antara tim produksi dan objek film, lokasi yang kemudian menjadi tempat diskusi adalah Hotel Galuh Prambanan, Klaten. Dalam diskusi awal, disepakati bahwa beberapa bagian dokumenter akan mencakup: sejarah terbentuknya Bali Buja, bagaimana Bali Buja dikembangkan, kolaborasi apa saja yang telah dilakukan Bali Buja dalam mewujudkan program ketahanan budaya dalam bidang seni dan budaya.

Peneliti sebagai pengarah produksi melakukan pendekatan awal dengan beberapa personil Bali Buja. Anggota dari komunitas yang dipilih sebagai narasumber adalah sosok yang memiliki kepentingan esensial dalam pengelolaan Bali Buja. Misalnya, komunikasi awal yaitu dengan Sentot sebagai Koordinator Bali Buja, kemudian dengan Djaetun selaku perintis atau penghimpun awal Bali Buja. Dalam perjalanan penelitian dan produksi dokumenter, peneliti kemudian bertemu dengan Subari atau yang lebih akrab dipanggil dengan Mas Barun, seorang seniman yang juga menjadi pengurus dari Radio Komunitas Bayat atau RKB Klaten. Dalam bab lain dalam penelitian ini, peneliti akan memaparkan alasan dan latar belakang Bali Buja dalam mengembangkan media komunitas sebagai sarana penyebarluasan hasil aktivitas seni mereka. Informasi terkait pemanfaaatan media komunitas salah satunya adalah melalui data yang dihimpun dari wawancara dengan Barun.

Setelah melewati proses penyuntingan, produksi dokumenter “Bali Buja” diwujudkan dalam durasi 20 menit. Dokumenter disajikan dengan tujuan utama untuk memperkenalkan secara mendasar Bali Buja, untuk memenuhi hal tersebut diperlukan seleksi atas informasi melalui penyuntingan data video. Rangkaian data berupa hasil catatan observasi, rekaman audio dan video yang tidak masuk menjadi bagian dari film dokumenter kemudian dimanfaatkan oleh peneliti untuk pengembangan dari proses penelitian. Sebagai contoh, beberapa hasil wawancara dengan Djaetun diolah dan dipaparkan peneliti dalam sub bab lain untuk menjelaskan peran aktor sosial dalam Bali Buja.